Selasa, 03 April 2018

langkah kerja pelaksanaan penelitian

LANGKAH KERJA PELAKSANAAN PENELITIAN
erwingea_pendfis16'_fsmuksw

Sebagaimana penelitian ilmiah itu berazaskan metode ilmiah, maka pada dasarnya langkahnya kerja penelitian itu seperti pada diagramam beriktut:

Rumusan Masalah

Mula-mula diindetifikasi alasan dan masalah yang mendorong dilakukanya penelitian, kemudian dirumuskan tujuan penelitian serta diduga atau diperkirakan kendala maupun kemungkinan-kemungkinan hasilnya.

Studi Pustaka

Di samping untuk menghimpun teori-teori yang melandasi penelitian, studi pustaka baik dari buku-buku maupun dari majalah-majalah ilmiah harus terlebih dahulu dilakukan untuk memperoleh orientasi atau gambaran menyeluruh hal-hal dan seluk beluk yang berkaitan dengan objek penelitian, serta untuk melacak seberapa jauh penelitian semacam telah dilakukan orang maupun untuk menentukan metodologi penelitiannya.

Pengajuan Hipotese

Dari hasil studi pustaka dan teori yang dipelajari, diturunkan atau dijabarkan hipotese yang merupakan titik awal penelitian, lebih-lebih bagi peneliti yang bercorak verifikasi. Memang tidak semua kegiatan penelitian harus diawali dengan pengajuan hipotese. Penelitian yang bercorak exploratif dan yang objective oriented pada umumnya tidak dimulai dengan pengajuan hipotese. Jelaslah bahwa hipotese sebagai dugaaan sementara yang harus diuji, harus dimungkinkan pengujianya (verifiable) secara induktif-empirik.

Perencanaan pelaksanaan 

Bagian yang penting dari perencanaan penelitian adalah pemilihan metode, penentuan variabel-variabel, prosedur pelaksanaan secara sistematik. Kerap kali metode yang dipilih lebih dari satu agar memungkinkan uji silang, dan metode ini sudah tentu harus berpijak pada hipotese yang diajukan serta mengarah ke tujuan, dapat diandalkan (reliable), efektif, dan efesiensi.

Adapun variable-variable yang ditentukan boleh jadi berhubungan serta kausal-horerensi, yakni hubungan sebab-akibat, yang dalam hal ini kita bedakan variable gayut atau tergantung atau idependent dari variable bebas atau idependent, yang menentukan nilai variable dependent itu. Di samping yang berhubungan secara kausal koherensi boleh jadi variable-variable itu berhubungan secara korelatif-korespondensi, yang dalam hal ini nantinya akan dilakukan analisa varian dan penentuan koefisien korelasinya untuk memberi ukuran kadar korelasinya.Data yang direncanakan akan diambil boleh  jadi berupa hasil  yang harus diverifikasi kebenaranya secara empirik.


Penyusunan Laporan

Seluruh proses penelitian, lebih-lebih pembahasan hasilnya serta kesimpulan yang ditarik, akan lalu didokumentasikan, diinformasikan, dikomunikasikan, dan dipertanggunjawabkan, dalam bentuk laporan. Laporan penelitian itu meskipun ringkas-padat, tanpa basa-basi, namun lengkap, rinci, detail, sistematis, utuh, dan analitik.

Laporan penelitian adalah suatu karya tulis ilmiah, sehingga memenuhi syarat ringkas, padat, jelas, komprehensif, dan analitik, tidak mengandung basa-basi maupun ungkapan-ungkapan emosional yan non ilmiah itu, namun tidak meninggalkan etika ilmiah yang dengan menyebutkan nara sumber dan referensi serta ungkapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan menentukan keberhasilan penelitian. Kecuali itu demi etika, sebutan saya diganti dengan sebutan kami dengan menyadari bahwa penelitian itu selalu melibatkan sejumlah orang secara koopertif.

Laporan penelitian, disusun secara runtut menurutkan kelaziman meskipun tidak harus terikat pada kaidah-kaidah tertentu. Tetapi dibedakan berbagai-bagai format karya tulis yang berupa internal/technical report, makalah untuk diterbitkan, makalah untuk seminar dan pertemuan ilmiah lainnya, skripsi, thesis, serta disertasi. Secara umum, dalam penulisan laporan penelitian ataupun karya tulis ilmiah umumnya, terdapat pola umum yakni dengan urutan bab-bab yang dimulai dengan pendahuluan yan antara lain memuat tujuan, motif, kronologi penelitian sejenis yang telah mendahuluinya, lalu diikuti dengan pembicaraan teori di bab berikutnya, yan disusul tentang metodologi, kemudian di teruskan dengan bab pelaksanaan, serta diakhiri dengan bab pembahasan dan kesimpulan, dan ditutup dengan ucapa terima kasih dan daftar pustaka.

Pada dasarnya bab pendahuluan merupakan introduksi atau perkenalan akan seluk beluk penelitianya, sedangkan dalam bab teori berikutnyam dikemukakan latar belakang teori yang melandasi serta dikemukakan hipotese yang dijabarkan dari teori itu secara deduktif analitik. Adapun bab Metodologi, menguraikan metodenya, jenis alat-alatnya, variabel-variabelnya, dan cara analisanya. Untuk makalah yang hendak diterbikan di majalah atau dipresentasikan atau disajikan dalam bentuk seminar/simponsium/koferensi, sebelum bab pendahuluan, tepat dibawah judul, lazim dituliskan abstrak yang secara amat singkat memuat garis besar tujauan metode serta hasil penelitian untuk memberikan pandangan sekilas tetapi menyeluruh, dengan kalimat-kalimat pasif yaitu dengan awalan di pada kata kerjanya.

Untuk Skripsi,thesis,dan disertasi, disamping abstark, kerapkali dibutuhkan intisari atau ringkasan atu ikhitiar, yang dibukukan secara terpisah. Penelitian khusus yang melengkapi atupun merupakan bagian dari keseluruhan penelitian terprogram, dilaporkan sebagai ''internal report'' atau ''technical report'' yang tidak akan dipublikasikan resmi, dengan format yang tidak terlalu formal, singkat, lebih spesifik dan lebih detail, yang meskipun tidak perlu mengandung uraian teoritis, maupun pembahasan yang kompreshesif, namun pembahasanya mendalam dan mendetai.








Dipulish Oleh Erwin Gea
kutipan'' kegagalanmu awal dari perjuangan lebihmu, berikan energi pada sesuatu jangan hanya usaha''

 

Minggu, 01 April 2018

Epistemologi, Ontologi dan Kosmologi

EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN KOSMOLOGI
 erwingea_pendfis16'_fsmuksw

Tentang segala sesuatu, kita perlu ingin mengetahui bagaimana dan mengapa itu terjadi ataupun ada, serta apakah itu sebenarnya Epistemologi dan ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang membahas hal-hal tersebut. Bagaimana apa yang kita ketahui itu menyangkut ruang, waktu dan materi alam raya. Cabang ilmu filsafat yang membahas hal-hal tersebut disebut Kosmologi.
  • Epistemologi
Epistemologi selaku cabang ilmu filsafat tentang pengetahuan mencoba memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula pengetahuan, perilah mengetahui, mengenai cara mengetahui atau memperoleh pengetahuan, dan bagaimana menguji kebenaran pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi atau ide, yang telah diterima sebagai fakta yang benar, di mana ide itu diperoleh melalui penginderaan atau kegiatan empirik secara langsung, ataupun melalui penalaran rasional terhadap ide-ide yang telah ada dialam pikiran manusia.

Yang menekankan kegiatan empirik dikatakan menganut paham empirisme, sedangkan yang mengandalkan penalaran rasionalisme dikatakan mengatut paham rasionalisme. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari kegiatan empirik disebut pengetahuan objektif atau induktif, dan bersifat a posteriori. Sedangkan yang diperoleh dari penalaran disebut pengetahuan subjektif atau deduktif, dan bersifat a priori. Pengetahuan deduktif itu antara lain berdasarkan kaidah hubungan ataupun korelasi antara ide-ide yang dapat berupa koherensi, korespondensi, interaksi dan sebab-akibat.

Di samping itu, pengetahuan dapat diperoleh dengan intuisi, yaitu dengan serta merta tanpa penalaran yang logis, berdasarkan pengalaman empiri atau kesan-kesan dari fakta-fakta empiri. Sudah tentu pengentahuan intuitif demikian bersifat a priori dan kebenarannya tidak meyakinkan, namun demikian sangat berguna dalam mengembangkan pengetahuan karena berguna untuk memandu atau membimbing proses pemikiran serta penelitian. Makin banyak pengalaman empiri, makin tajam intuisinya dan makin cerdas berpikirnya dan makin cepat mengembangkan pengetahuannya.

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dirumuskan teori-teori yang dihasilkan  dari kegiatan-kegiatan penelitian yang menerapkan metode ilmiah. Teori-teori ataupun hukum-hukum itu merupakan kristalisasi pengetahuan dan menjadi tumpuan pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut. Teori itu berdaya guna kalau dari padanya dapat dijabarkan hipotesa-hipotesa yang hendak diverifikasi kebenarannya dalam proses metode ilmiah.

Adapun fakta-fakta empiri yakni yang lazim disebu obserable atau yang teramati, akan bermakna dalam membentuk ide atau konsep hanya kalau bersifat unik yaitu terpastikan, misalnya kalau fakta-fakta itu terdistribusi secara statistik, maka sesungguhnya bermakna ialah rata-rata.

  • Ontologi  
Pembahasan tentang hakekat keberadaan segala sesuatu adalah yang paling hakiki dan paling awal, dan dikenal sebagai ontologi. Thales (624-547 SM) adalah filsuf Yunani paling awal dan mula-mula mengupas masalah ontologi ini. Menurutnya, semua benda itu berasal dari air, yang kenyataanya memang terdapat dimana-mana, dan air dikatakan sebagai substansi yang paling hakiki yang menyusun semua benda di alam.

Istilah Ontologi selaku cabang metafisika, di samping kosmologi, diperkenalkan oleh Christian Van Wolf (1679-1754). Pengetahuan yang paling awal adalah mengetahui suatu keberadaan. Sesuatu dikatakan keberadaan bila mana memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri atau identitas tertentu secara pasti langsung diketahui. Berdasarkan inilah maka kita boleh mengatakan bahwa elektron tidak berkeberadaan secara ontologis. Namun ini tidak berarti bahwa elektron itu tidak ada. Keberadaan elektron dapat diterangkan dengan atau dipakai untuk menerangkan gejala fisika atoom dan fisika nuklir. Maka dikatakan keberadaan elektron itu dibenarkan secara epistemologi, pragmatis, dan metodologis. Adapun keberadaan Tuhan tidak dapat dinyatakan secara Ontologi maupun secara Epistemologi,, melainkan diyakinin secara iman bagi yang bergama.

  • Kosmologi
 Kalau Ontologi membahas keberadaan segala sesuatu di dunia kehidupan manusia, maka kosmologi membicarakan hakekat keberadaan segala sesuatu di alam raya secara umum. Pada hakekatnya substansi dasar pengetahuan alami adalah materi atau keberadaaan, ruang dan waktu. Kalau Ontologi lebih ditekankan pada esensi materi, maka kosmologi lebih berkaitan dengan hakekat ruang dan waktu.

Pemikiran perihal hal semesta, sebenarnya sudah timbul dalam filsafat Yunani kuno dengan filsuf-filsufnya yang terkenal seperti Thales, Anaximander, Aritoteles, dan lainnya. Mereka terkesan akan keteraturan, ketertiban, dan keabadian gerakan benda-benda angkasa, sehingga meyakini akan adanya yang bersifat kekal yang mengendalikan semua gerakan dan perubahan di alam semesta ini, yang kira-kira seperti yang sekarang kita kenal sebagai Tuhan. 

Dalam pandangan pemikir-pemikir di era renaisance seperti misalnya Copernicus, Johan Keppler, Galileo, Isaac Newton, proses alam itu bersifat mekanistik dan determistik yaitu bekepastian. Filsuf-filsuf di jaman modern yang membahas kosmologi lebih mendalam antara lain Arthur Eddington, Bertrand Russel, dan Albert Einstein. 

Kalau materi itu terkuantisasi, maka ruang dan waktuitu bersifat kontinyu. Kalau ruang dan waktu itu dapat dibalik, maka waktu tidak dapat dibalik, artinya proses berlangsungnya dari dahulu kesekarang ke yang akan datang dan seterusnya. Dari sudut dinamika, hingga kini hanya dikenal 3 macam yang menggerakkan materi, yaitu Gaya gravitasi, Gaya elektromagnetik, dan Gaya nuklir. Kalau gaya gravitasi dan elektromagnetik sudah tuntas diketahui, maka gaya nuklir masih diliputi misteri atau kerahasiaan antara lain disebabkan mekanika kuantum yang merupakan satu-satunya alat andalan fisika modern, tidak menjelaskan proses mekanistik-deterministik, sedangkan gaya yang bersangkutan dengan proses mekanistik-determistik.

Di Publish oleh 
Erwin Gea, 

Kutipan '' Jika dulunya filasafat keilmuan tidak dikembangkan maka ,pengetahuan yang sekarang kita tekunin pastinya tidak berharga.